Heri Mahbub
Bulan Sya’ban adalah waktu yang tepat untuk mempersiapkan diri menyambut Ramadan. Rasulullah SAW memperbanyak ibadah, terutama puasa sunnah. Ketahui keutamaan, amalan utama, dan makna Nisfu Sya’ban agar ibadah makin maksimal. Jangan lewatkan untuk menyiram kebaikan di bulan ini ya!
Bulan Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah yang terletak di antara dua bulan yang mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan. Rasulullah SAW memberikan perhatian khusus terhadap bulan ini dengan memperbanyak ibadah, terutama puasa sunnah.
Sya’ban juga dikenal sebagai bulan persiapan sebelum memasuki Ramadhan, Para Ulama menyebutnya bulan menyiram tanaman. Sehingga menjadi momen penting bagi umat Islam untuk meningkatkan amal ibadah dan memperbaiki diri. Bagi yang merindukan Ramadan, tentu akan menyambutnya dengan spesial.
Imam Dzun Nun al-Mishri mengatakan,
Artinya: “Rajab adalah bulan menanam, Sya'ban bulan menyiram, dan Ramadhan bulan memanen. Setiap orang akan memanen atas apa yang ia tanam. Barangsiapa yang menyia-nyiakan tanaman akan merugi di waktu panen."
Pada umumnya, orang akan bersungguh-sungguh memperhatikan bulan Rajab. Pantas saja, ia satu dari empat bulan mulia. Ramadhan merupakan raja di antara bulan-bulan yang lain. Dengan begitu, akibatnya banyak orang yang menjadi bermalas-malasan, lalai di bulan Sya'ban. Padahal ini kurang tepat.
Rindu Ramadan harus dibuktikan di bulan sebelumnya. Maka Sya’ban waktunya, bukan untuk berleha-leha dan lalai. Bagaimana seharusnya memahami bulan ini dan keutamaannya? Artikel berikut ini menjelaskan dalilnya.
BACA JUGA: Tarhib Ramadan: Menyambut Bulan Suci dengan Sukacita dan Persiapan
Secara bahasa, kata Sya’ban berasal dari Bahasa Arab berarti “Terpisah” "bercabang" atau "menyebar". Makna ini menunjukkan bahwa bulan Sya’ban adalah waktu di mana berbagai kebaikan tersebar luas, dan menjadi pemisah antara bulan Rajab yang penuh keutamaan dengan Ramadhan yang sarat dengan kemuliaan.
Amal yang paling utama Rasulullah kerjakan di bulan Sya’ban adalah puasa Sunnah, karena seperti pemanasan juga persiapan memasuki bulan puasa wajib, sepanjang Ramadan. Kalau ingin meraih banyak kebaikan di bulan Sya’ban, bisa dengan memperbanyak puasa sunnah.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
“Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
“Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban.” Yahya (salah satu perowi hadits) mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk mengurus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari dan Muslim)
Di Hadist yang lain Rasulullah SAW. Memberikan keterangan terkait keutamaan bulan Sya’ban, yaitu:
"Itu adalah bulan yang dilupakan oleh manusia, yaitu bulan antara Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal kepada Allah Rabb semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku berpuasa." (HR. An-Nasa’i)
BACA JUGA: Bulan Rajab: Keutamaan, Kisah Bersejarah, dan Spiritualitas yang Mendalam
Sesuai dengan dalil-dalil tersebut, menjadi jelas ciri-cirinya dan keutamaannya yang perlu kita fahami, diantaranya:
Hadits dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
BACA JUGA: 4 Keistimewaan Bulan Syawal dan Amalannya
Bulan Sya’ban adalah momentum menyiram kebaikan, mempersiapkan segala amal sholih, agar datang keberkahan dan kesempatan meraih ampunan dan peningkatan iman sebelum memasuki Ramadhan. Rasulullah SAW sendiri sangat mengistimewakan bulan ini dengan memperbanyak puasa, doa zikir dan ibadah lainnya.
Oleh karena itu, umat Islam hendaknya tidak melewatkan bulan ini dengan sia-sia, tetapi menjadikannya sebagai momen persiapan untuk menyambut bulan suci Ramadhan dengan penuh keimanan dan ketakwaan.
Wallahu a’lam bishawab.