Heri Mahbub
Sejarah sai bukit Shafa dan bukit Marwah sangat berkaitan reat dengan kisah Nabi Ismail anak Nabi Ibrahim, ibu Siti Hajar serta munculnya sumur zamzam.
Bukit Shafa serta bukit Marwah yang ada di Makkah adalah bukit bersejarah sekaligus juga tempat suci umat Islam. Kedua bukit tersebut menjadi tempat dilakukannya sa'i ketika melaksanakan haji dan umroh.
Sa’i merupakan salah satu rukun haji dan umrah, dikerjakan sesudah mengelilingi Kabah atau tawaf. Sa’i sendiri ialah berlari-lari kecil atau berjalan kaki, sebanyak 7 kali dari bukit Shafa ke Marwah.
Kedua bukit ada kaitannya dengan Nabi Ismail yakni anak Nabi Ibrahim, ibu Siti Hajar serta munculnya sumur zamzam. Kali ini kita akan bahas sejarah Sa’i beserta bukit Shafa dan Marwah.
Pada pembahasan pertama ini kita akan bahas dulu tentang sejarah Sa’i dan kedua bukit ini. Seperti sudah dibahas sebelumnya, sa’i ialah berlari-lari kecil atau berjalan kaki, sebanyak 7 kali.
Dari bukit Shafa ke bukit Marwah, ibadah ini berkaitan erat dengan kisah Siti Hajar. Dan juga sang putra yakni Nabi Ismail, awal mula kisah ini bermula ketika Nabi Ibrahim.
Harus pergi meninggalkan ibunya yakni Siti Hajar yang baru saja melahirkan Nabi Ismail. Siti Hajar beserta Nabi Ismail yang pada waktu itu masih bayi ditinggalkan di Mekkah yang tandus.
Kala itu, Siti Hajar sudah mulai kehabisan persediaan air dan juga perbekalan. Sementara, sang anak yakni Nabi Ismail yang kala itu masih bayi terus saja menangis karena kelaparan.
Maka Siti Hajar kemudian lari menuju bukit Shafa, dan juga bukit Marwah guna mencari sumber air. Kemudian Siti Hajar terus berlari bolak-balik hingga 7 kali.
Namun sayangnya dia tidak kunjung menemukan sumber air, pada waktu itulah Siti Hajar melihat sebuah sumber air. Dari tanah yang ada di bawah kaki anaknya yakni Nabi Ismail.
Dengan sigap, Siti Hajar lalu mengumpulkan air tersebut, sambil berkata zamzam di dalam bahasa Arab, artinya berkumpul. Mata air itu ialah sumur zamzam yang selama 4.000 tahun tidak pernah kering.
Untuk lokasinya, bukit Shafa dan juga bukit Marwah ini letaknya di dalam area Masjidil Haram Mekkah, Arab Saudi. Diketahui bahwa jarak bukit Shafa kurang lebih sekitar 100 meter dari Kabah.
Sementara letak Marwah kurang lebih sekitar 350 meter dari Kabah, jadi jarak kedua bukit kecil itu kurang lebih sekitar 450 meter. Sehingga ketika melakukan sa'i, para jemaah haji.
Menempuh perjalanan kurang lebih sepanjang 3,15 kilometer. Pada 1375 Hijriah atau sebelum 1955 hingga 1956, lokasi bukit Shafa dan Marwah ini masih ada di luar area Masjidil Haram Mekkah.
Kemudian pemerintah Arab Saudi terus melakukan pembangunan dan juga terus merenovasi Masjidil Haram. Jadi kedua bukit kecil itu bisa ada di dalam area masjidil Haram hingga kini.
Menurut beberapa catatan sejarah Islam, kedua bukit tersebut yakni bukit Shafa dan Marwah. Yang berada di dalam Masjidil Haram Makkah itu dulunya memang sangat tandus dan juga gersang.
Sesudah peristiwa kemunculan air zam-zam, kawasan itu lalu berubah jadi subur, bahkan hingga banyak dihuni oleh Kabilah Arab. Tidak hanya itu saja, kawasan Mekkah juga makin berkembang bahkan hingga akhirnya.
Banyak dikunjungi oleh umat Muslim di seluruh dunia untuk umroh dan juga berhaji. Berawal dari usaha ibu Nabi Ismail yaitu Siti Hajar yang mencari di mana letak sumber air.
Sambil berlari-lari di antara 2 bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwah, maka ritual sa'i akhirnya. Disyariatkan untuk dilakukan di dalam rangkaian umroh dan juga haji.
Sa'i ini juga termasuk ke dalam rukun haji dan juga ibadah Sa’i ini wajib dilakukan. Pada saat menjalani haji atau umroh, sebagaimana perintah sa'i di dalam Al Quran seperti berikut.
Artinya: "Allah tidak akan menerima haji atau umroh seseorang yang tidak melakukan sa'i antara bukit Shafa dan Marwah." (HR. Bukhari). Pelaksanaan sa'i ini pastinya mengingatkan manusia.
Terutama umat muslim di seluruh dunia untuk selalu berusaha, seperti kisah Ibu Ismail yakni Siti Hajar. Yang begitu yakin mendapatkan pertolongan Allah SWT ketika menghadapi berbagai situasi sulit sekalipun.
Kita semua sebagai umat muslim memang sudah seharusnya yakin kepada Allah SWT tanpa keraguan sedikitpun. Memang, Sejarah Sa’i, bukit Shafa dan bukit Marwah bisa dijadikan pembelajaran.