Artikel

Hubungan Sains dan Al-Quran: Integrasi Wahyu Ilahi dan Ilmu Pengetahuan

Heri Mahbub

February 5, 2025

Temukan hubungan erat antara sains dan Al-Quran dalam artikel ini. Pelajari bagaimana Al-Quran menginspirasi ilmu pengetahuan modern, integrasi dan peran ilmuwan Muslim dalam sejarah, serta strategi sains dan Islam di era digital untuk kemajuan umat. Baca selengkapnya untuk wawasan mendalam tentang ilmu dan iman.

Integrasi Al-Quran dan Sains [Ilmu Pengetahuan, Sumber LPMQ]

Ilmu pengetahuan terkhusus sains dan Agama sering kali dianggap sebagai dua entitas yang bertolak belakang. Namun, dalam ajaran Islam, ilmu pengetahuan justru memiliki hubungan erat dengan Al-Quran. Islam tidak hanya mendorong umatnya untuk mencari ilmu, tetapi juga menjadikan ilmu pengetahuan atau sains sebagai bagian dari perjalanan spiritual menuju pemahaman yang lebih dalam tentang ciptaan Allah.

Artikel ini akan membahas integrasi hubungan antara sains dan Al-Quran serta bagaimana keduanya dapat dipadukan untuk kemajuan umat manusia.

 

Secara etimologi, kata ’sains’ diadaptasi dari kata bahasa Inggris ”science” yang sebenarnya berasal dari bahasa Latin ”scientia” yang berarti mengetahui atau pengetahuan, (to know, knowledge) dan perkataan Latin juga ’scire’ yang berarti belajar (to learn).

Dua istilah tersebut identik dengan istilah Arab, ’alima, ’ilm yang dalam tradisi Islam masih dibedakan dengan istilah idrak (persepsi) yang bertumpu pada pencerapan indrawi dan irfan (pengenalan), mempunyai makna yang mirip dengan knowledge atau ilmu pengetahuan.

 

BACA JUGA: Keajaiban Al-Quran Menjawab Tantangan Zaman

Al-Quran sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan

Al-Quran bukan hanya kitab suci yang berisi aturan dan petunjuk kehidupan, tetapi juga mengandung banyak ayat yang berkaitan dengan fenomena alam dan ilmu pengetahuan alam. Dalam beberapa ayat, Allah menantang manusia untuk merenungi ciptaan-Nya dan memahami hukum-hukum alam:

  1. Penciptaan Alam Semesta

اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya?" (QS. Al-Anbiya: 30).

  • Ayat ini menggambarkan konsep yang serupa dengan teori Big Bang, tidak bertentangan dengan yang menyatakan bahwa alam semesta berasal dari satu kesatuan sebelum mengalami ekspansi.

 

  1. Proses Penciptaan Manusia

 وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ ۚ ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)." (QS. Al-Mu’minun: 12-13).

  • Ayat ini mencerminkan pengetahuan modern tentang embriologi, kedokteran modern yang kemudian dikonfirmasi oleh para ilmuwan sesuai bidangnya seperti Biologi.

 

  1. Perputaran Matahari dan Bulan

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

"Dan Dia-lah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya." (QS. Al-Anbiya: 33).

  • Ini mengindikasikan konsep orbit planet dan benda langit yang baru terungkap melalui astronomi modern. Ayat yang serupa tentang langit, bintang dan alamnya banyak di Al-Quran.

 

Sejarah Lahir dan Kemajuan Sains Islam

Islam sejak dibawa Rasulullah memberikan sumbangsih besar terhadap peradaban dunia dan kemajuan manusia. KH. Hamid Fahmy pimpinan di GONTOR menyebut 4 fase kelahiran tradisi ilmiah dalam Islam; yakni 1. periode nubuwah, 2. pembentukan strukutur ilmu al Qur’an dan hadis, 3. lahirnya tradisi kelimuan dan 4. lahirnya disiplin ilmu Islam. 

Fase pertama adalah masa turunnya wahyu. Alparslan menjelaskan bahwa periode ini terjadi pada saat Nabi Muhammad Saw. masih hidup, yaitu pada 2 periode Makkah dan Madinah. Pada fase ini Nabi meletakkan dan mengatur sistem keyakinan fundamental umat Islam; artinya pembentukan pandangan dunia Islam (Islamic worldview) sudah terjadi. Perwujudan Worldview inilah yang menjadi basis dibangunnya tradisi ilmiah dalam Islam.  

Fase Kedua, munculnya struktur ilmu pengetahuan al-Qur’an dan Hadits. Fase ini ditandai dengan kesadaran akan perlunya menjelaskan konsep-konsep fundamental yang terkandung pada dua sumber utama Islam; seperti kosep tentang iman, Islam, ihsan, wujud, akhirat, dan lain-lain. Konsep-konsep itu dianggap sebagai kerangka awal konsep keilmuan. 

Fase Ketiga lahirnya tradisi dan disiplin keilmuan Islam. Sebagai konsekuensi logis dari adanya kerangka awal konsep keilmuwan Islam, dan ditambah lagi dengan adanya perkembangan masalah yang dihadapi umat Islam. Fase ini ditandai dengan adanya hadirnya komunitas ilmiah; seperti Ashab Suffah, berkembang banyak lahir ulama Islam yang faham sains, atau ilmu pengetahuan Islam. Inilah tradisi ilmiah mulai terlihat. Spesifik sesuai disiplin ilmu. 

Fase keempat adalah fase lahirnya disiplin ilmu-ilmu Islam. Pada fase ini komunitas ilmiah mulai melakukan spesifikasi terhadap berbagai jenis disiplin ilmu; membedakan satu disiplin ilmu dengan yang lain; memberi nama yang spesifik. Seperti ilmu fikih, ilmu nahwu, ilmu sharf; dan dalam perkembangannya selanjutnya menyentuh disiplin sains, seperti ilmu astronomi, ilmu pertanian, ilmu kenegaraan, kedokteran, aljabar, kimia, ilmu alam, ilmu hayat dan sebagainya. 

BACA JUGA: Mengapa Al-Quran Tetap Relevan di Era Modern: Tafsir Terkini Tentang Kitab Suci Islam

Hubungan Sains dengan Islam dan Polanya

Islam menempatkan ilmu pengetahuan dalam posisi yang sangat tinggi. Bahkan, wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca dan mencari ilmu:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan." (QS. Al-‘Alaq: 1).

Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa Islam menekankan pentingnya membaca, belajar, dan meneliti. Ilmu pengetahuan tidak hanya untuk dunia, tetapi juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah. Ayat-ayat Al-Quran jika digali dengan pemahaman yang benar, hal itulah menyebabkan ilmuwan Muslim tidak mempertentangkan agama dan sains.

hubungannya adalah kesatupaduan pemikiran atau kerangka berfikir yang didasarkan atas cara pandang terhadap dunia atau yang dikenal dengan basis (Islamic worldview). Bagi ilmuwan Muslim, hubungan sains dan Islam adalah bersumber dari sumber yang sama, jadi sama-sama valid dan dapat diterima umat, yaitu Wahyu Al-Quran.

Integrasi Ilmu: Pola Terpadu Sains dan Al-Quran

Integrasi antara sains dan Al-Quran bukan hanya tentang mencari kesesuaian antara keduanya, tetapi juga tentang membangun pola pikir terpadu yang menghargai kedua sumber pengetahuan. Berikut beberapa prinsip integrasi ilmu:

  • Sains sebagai Sarana Memahami Ayat-Ayat Kauniyah: Al-Quran menyebut alam semesta sebagai "ayat-ayat kauniyah" (tanda-tanda kebesaran Allah). Sains membantu kita memahami tanda-tanda ini secara mendalam.
  • Agama sebagai Panduan Moral dalam Sains: Sains tanpa panduan moral bisa berbahaya. Al-Quran memberikan prinsip-prinsip etis yang dapat membimbing penggunaan ilmu pengetahuan untuk kebaikan manusia.
  • Dialog yang Harmonis: Integrasi sains dan Al-Quran mendorong dialog yang harmonis antara ilmuwan dan ulama, sehingga tercipta pemahaman yang lebih holistik tentang alam dan kehidupan.

BACA JUGA: Menyelami Kecantikan dan Kekuatan Bahasa Al-Quran: Pendekatan Sastra

Hubungan Sains dan Al-Quran dalam Peradaban

Hal ini menunjukkan bahwa di dalam sains Islam, Al-Qur’an adalah sumber utama ilmu pengetahuan. Seperti yang disampaikan Syekh Yusuf Qardawi, Kalamullah merupakan wahyu bagi umat manusia di dalamnya bersumber segala macam ilmu pengetahuan. Al-Qur’an sebagai kitab suci juga sumber ilmu pengetahuan. Sains kemudian dikembangkan berasaskan pada kebenaran objektif wahyu tersebut.

Dalam sains Islam, wahyu mendapat tempat tertinggi dan utama. Maka, posisi agama sangat sentral, penting bahkan sains digali dari wahyu yang notabennya adalah sumber kebenaran; termasuk kebenaran sains. Di sini terlihat begitu sentralnya wahyu dalam sains Islam. Dengan begitu, sains dan Ajaran Islam adalah satu kesatuan. Tidak ada dikotomi antara keduanya. 

Sejarah Islam mencatat bahwa para ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Khawarizmi, dan Jabir Ibn Hayyan tidak hanya menguasai ilmu agama tetapi juga ilmu sains, kedokteran, matematika, dan kimia. Mereka adalah contoh nyata bagaimana sains dan Al-Quran dapat berjalan beriringan.

  • Ibnu Sina: Menulis The Canon of Medicine, yang menjadi referensi kedokteran di Eropa selama berabad-abad.
  • Al-Khawarizmi: Penemu konsep aljabar yang mendasari ilmu matematika modern.
  • Al-Farabi: Filsuf Muslim yang mengembangkan pemikiran logika dan sains.

Peradaban Islam pada abad ke-8 hingga ke-14 mengalami masa keemasan ilmu pengetahuan karena adanya integrasi yang kuat antara sains dan Islam. 

Integrasi Sains dan Islam di Era Modern

Di era modern sekarang, integrasi sains dan Islam masih menjadi tantangan. Namun, banyak ilmuwan Muslim yang terus menggali hubungan antara Al-Quran dan ilmu pengetahuan. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk memperkuat integrasi ini meliputi:

  1. Pendidikan Berbasis Islam
    • Mengembangkan kurikulum yang menggabungkan ilmu agama dan sains.
    • Mendorong penelitian berbasis nilai-nilai Islam.
  2. Penelitian Ilmiah dengan Perspektif Al-Quran
    • Menggali lebih dalam keterkaitan ayat-ayat Al-Quran dengan ilmu pengetahuan.
    • Mendukung studi ilmiah yang dapat membuktikan kebenaran ajaran Islam secara empiris.
  3. Pemanfaatan Teknologi untuk Dakwah
    • Menggunakan media digital untuk menyebarkan ilmu pengetahuan Islam.
    • Mendorong kolaborasi antara ilmuwan Muslim di seluruh dunia.

BACA JUGA: Tantangan dan Kesempatan dalam Menyebarkan Dakwah dengan Al-Quran di Era Digital

 Kesimpulan

Hubungan sains dan Al-Quran bukanlah sesuatu yang saling bertentangan, melainkan saling berintegrasi dan melengkapi. Al-Quran memberikan petunjuk dasar tentang fenomena alam yang kemudian dikaji lebih dalam oleh ilmu pengetahuan.

Dengan memahami sains dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam, umat Muslim dapat kembali mencapai kejayaan sebagaimana yang telah dicapai oleh peradaban Islam di masa lalu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus menggali, meneliti, dan mengintegrasikan ilmu sains dengan ajaran Islam demi kemajuan umat manusia, punvaknya menjadi Rahmatan Lilalamin.

Wallahu'alam

Sumber Jurnal:

repo.unida.gontor.ac.id

Baca Juga

Hubungan Sains dan Al-Quran: Integrasi Wahyu Ilahi dan Ilmu Pengetahuan

Heri Mahbub
February 5, 2025
Temukan hubungan erat antara sains dan Al-Quran dalam artikel ini. Pelajari bagaimana Al-Quran menginspirasi ilmu pengetahuan modern, integrasi dan peran ilmuwan Muslim dalam sejarah, serta strategi sains dan Islam di era digital untuk kemajuan umat. Baca selengkapnya untuk wawasan mendalam tentang ilmu dan iman.
Selengkapnya

Kisah Isra Miraj: Perjalanan Agung dan Hikmahnya dalam Kehidupan Muslim

Heri Mahbub
January 23, 2025
Mukjizat Rasulullah sangat banyak, salah satunya yang luar biasa yaitu kisah Isra Mi'raj. Muslim di Indonesia memperingatinya setiap tanggal 27 Rajab. Apa definisinya? Bagaimana kisahnya? Hikmah apa yang juga perlu Anda ambil? Artikel berikut menjelaskannya.
Selengkapnya
Official Store
tokopedia-cordoba
Follow Us
Kantor Pusat
Jl. Sukajadi no. 215 Gegerkalong, Kec. Sukasari, Kota Bandung,
‍Tlp : (022) 2008 776
Kantor Pemasaran Jakarta
Jalan Raya Kodau Kavling P&k No.174 Jatimekar - Jatiasih Bekasi 17422
Tlpn : 02184981836
Kantor Pemasaran Surabaya
Jl. Ketintang Madya II No. 5 D, Kel. Karah , Kec Jambangan Kota Surabaya - Jawa Timur 60232
qurancordoba.com - Copyright 2021