Heri Mahbub
Indahnya Ramadhan memiliki kesan bagi setiap keluarga Muslim di Indonesia. Mulai dari menyambutnya bersama-sama saat munggahan, mengisinya setiap hari dengan kebahagiaan di rumah, sampai akhirnya mudik ke kampung halaman saling berkunjung dan silaturahim.
qurancordoba - Setiap keluarga muslim berharap agar selalu dipertemukan dengan Ramadhan sekaligus diberi kekuatan dan kemudahan untuk beramal salih di dalamnya. Buka dan sahur bersama, Tarawih dan tadarus bersama keluarga dan lainnya. Al-Quran senantiasa menggambarkan amal salih sebagai perlombaan dan kita didorong untuk berlomba-lomba setiap saat dalam kebaikan.
Artinya: “Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah, 2: 148)
Fastabiqul khairat. Berlomba-lombalah di dalam kebaikan. Kita didorong untuk terus berlomba dalam kebaikan, bukan berleha-leha. Ini pula yang dapat kita maknai dari firman Allah ta’ala:
Artinya: “Dan untuk yang demikian itu hendaklah orang berlomba-lomba.” (Q.S. Al-Muthaffifin, 83: 26).
Indahnya Ramadhan sebuah perlombaan untuk beramal salih, adakah kita akan melaju sendiri dengan pahala amal? Tentu tidak. Selain menyiapkan diri sendiri, semestinya semua menyiapkan keluarganya. Inilah tugas yang tidak boleh diabaikan oleh setiap keluarga muslim saat berada di bulan Ramadhan. Tugas tersebut adalah menghadirkan semangat beribadah dan beramal salih di rumah sepanjang Ramadhan.
BACA JUGA: Tarhib Ramadan: Menyambut Bulan Suci dengan Sukacita dan Maksimal
Kenapa hal ini perlu dilakukan? Sebab, frekuensi yang sama di dalam keimanan dan ketaatan kepada Allah Swt. merupakan syarat keluarga kita kelak dikumpulkan kembali di surga. Inilah yang dapat kita renungkan dari firman Allah Swt. di dalam Al-Quran.
Artinya: Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Q.s. ath-Thuur: 21).
Puncak kebahagiaan seorang muslim bukan sekadar kelak dimasukkan Allah Swt. ke dalam surga, Justru ketika ia dimasukkan ke dalam surga bersama seluruh keluarganya. Ini dorongan naluriah manusia, persis kerinduan saat kita berkumpul bersama anak cucu dan keluarga pada saat lebaran. Dikumpulkan di dunia saja sangat membahagiakan, apalagi kelak saat berkumpul di surga, tentu menjadi puncak segala kebahagiaan..
Ramadhan semestinya menjadi momentum untuk memperkuat suasana peribadahan di rumah. Jangan sampai Ramadhan berlalu tanpa penguatan keluarga karena kita tidak pernah mempersiapkannya. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan Ramadhan bagi penguatan keluarga muslim, agar masuk surga sekeluarga:
Semestinya kita dapat memanfaatkan waktu-waktu yang ada untuk menghadirkan suasana gembira di rumah. Apapun caranya, keluarga muslim hendaknya mampu menciptakan kondisi kebahagiaan untuk beribadah sepanjang Ramadhan.
Inilah ekspresi yang dikehendaki Al-Quran ketika setiap muslim berhadapan dengan rahmat Allah Swt. dengan peluang ketaatan, Al-Quran menghendaki agar setiap muslim menanggapinya dengan penuh kegembiraan. Inilah yang dapat kita pahami dari firman Allah Swt.
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (Q.s. Yunus: 58).
Kegembiraan itu hadir karena banyaknya kemulian, keberkahan, dan keutamaan Ramadhan. Inilah yang ditanamkan Rasulullah Saw. kepada para sahabat ketika memasuki Ramadhan.
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan..” (H.R. Ahmad).
Ada banyak aktivitas sepanjang Ramadhan. Namun, jangan biarkan Ramadhan berlalu tanpa program bersama keluarga. Selain program-program rutin untuk shalat wajib dan shalat tarawih di masjid, sahur dan berbuka bersama, kiranya perlu program tambahan untuk menguatkan suasana beribadah di dalam keluarga muslim. Seperti tadarus bersama di rumah, wirid dan dzikr Persama, taujih bergilir, mengikuti kajian daring parenting, atau i’tikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Abdullah bin Mas’ud, sebagaimana diriwayatkan ath-Thabrani, mengatakan, “Jagalah shalat anak-anak kalian dan biasakanlah mereka melakukan kebaikan. Karena, kebaikan adalah kebiasaan.”
BACA JUGA: Membentuk Keluarga Qur'ani yang Inspiratif di Bulan Ramadan
Angggota keluarga harus memiliki frekuensi yang sama untuk saling menguatkan dalam beribadah kepada Allah Swt. sepanjang Ramadhan. Bahkan kepada anak-anak yang mulai belajar puasa, ada hadist yang menarik ketika Rasul mengutus sahabatnya,
“Siapa yang tidak berpuasa di pagi hari, maka hendaklah ia menyempurnakan sisa hari ini dengan berpuasa. Siapa yang berpuasa di pagi harinya, hendaklah ia tetap berpuasa.” Ar Rubayyi’ berkata, “Kami berpuasa setelah itu. Dan kami mengajak anak-anak kami untuk berpuasa. Kami membuatkan mereka mainan dari bulu. Jika saat puasa mereka ingin makan, maka kami berikan pada mereka mainan tersebut. Akhirnya mereka terus terhibur sehingga mereka menjalankan puasa hingga waktu berbuka.”
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, “Dalam hadis di atas terdapat argumentasi disyariatkannya melatih anak-anak untuk berpuasa.” Begitulah generasi terdahulu mendidik keluarga mereka, sekaligus menguatkan mereka agar gigih beribadah kepada Allah Swt.
Keluarga muslim harus merancang rumahnya agar kondusif pelaksanaan ibadah sepanjang Ramadhan. Berpuluh tahun menjalani Ramadhan tentu paham apa saja kondisi yang sering kali mengganggu terciptanya iklim beribadah di dalam rumah. Boleh jadi keluarga muslim memiliki berbagai peralatan elektronik, seperti televisi, komputer dan laptop lengkap dengan jaringan internetnya, gawai, handphone, perlu mengaturnya agar menjaga kekhusyuan ibadah.
Adakalanya, program tilawah di rumah terganggu karena gawai yang terus menyala dan tidak lepas dari genggaman. Adakalanya program tadarus Al-Quran tersisih gara-gara program televisi yang terlihat seru, karena menyajikan artis sepanjang waktu di bulan Ramadhan, meski sebenarnya sering jauh dari nilai edukasi.
BACA JUGA: Puasa Ramadan dan Kesehatan Mental: Menjaga Keseimbangan Jiwa di Bulan Ampunan
Demikian indahnya Ramadhan bersama keluarga, beberapa hal yang dapat diikhtiarkan untuk membangun frekuensi yang sama dalam mengisi hari-hari Ramadhan di dalam keluarga muslim. Semoga Allah berikan usia dan kesehatan keluarga kita mengisi Ramadhan dengan amal salih dan diterima oleh Allah ta’ala. Marilah kita dorong keluarga kita untuk meraih kemuliaan Ramadhan. amiin
Wallahu'alam