Heri Mahbub
Mengutip dari KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, tilawah adalah pembacaan (ayat Al Quran) dengan baik dan indah. Sebenarnya penjelasan KBBI tersebut kurang lengkap, terlalu menyamakan dengan istilah qiraah sekedar membaca, tidak ada penekanan makna, fungsi, dan tujuan Al-Quran sebagai pedoman.
Ketika umat Islam selesai membaca Al-Qur'an, sering kali mereka mengatakan, "Saya sudah bertilawah," tentu jarang yang berkata, "Saya sudah berqiraah." Apalagi di bulan Ramadan, ada istilah lain seperti bertadarus. Meskipun berarti artinya membaca Al-Qur'an, ada perbedaan penting dalam maknanya.
Tilawah memiliki makna yang lebih mendalam, khusus terkait dengan membaca kalamullah, bukan sekadar aktivitas membaca seperti qiraah. Namun, apakah makna tilawah hanya berarti membaca saja tanpa pemahaman dan pengamalan? Mari baca artikel ini sampai tuntas.
BACA JUGA: Keajaiban Al-Quran Menjawab Tantangan Zaman
Secara bahasa, kata "tilawah" berasal dari kata "tala" (تلا) yang berarti "mengikuti." Tilawah Al-Qur'an berarti membaca dengan memahami dan mengikuti makna dari ayat-ayat yang dibaca. Ini berbeda dengan "qiraah," yang berasal dari kata "qara'a" (قرأ), yang berarti menghimpun atau membaca secara umum, termasuk bacaan apa saja.
Jadi, tilawah adalah aktivitas yang lebih spesifik, yang menuntut pemahaman dan penghayatan terhadap makna membaca Al-Qur'an, bukan sekadar membaca kata demi kata.
Dalam konteks berinteraksi dengan Al-Qur'an, tilawah memiliki posisi yang lebih tinggi dibanding qiraah. Contohnya, kita mengenal istilah Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ), bukan Musabaqah Qiraah Al-Qur'an, karena tilawah lebih terkait dengan membaca Al-Qur'an secara khusus dan khusyuk, sering kali dengan nada yang indah dan penuh penghayatan. Sedangkan Qiraah lebih umum maknanya.
Tilawah sebagai istilah yang khusus terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Misalnya, dalam QS. Al-Baqarah [2]: 121, Allah SWT berfirman:
Artinya: "Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya."
Ayat ini menekankan bahwa tilawah adalah membaca dengan cara yang benar, yakni memahami dan menghayati ayat-ayatnya, bukan sekadar membaca secara lahiriah lafaznya saja. Demikian pula, dalam QS. An-Naml [27]: 92 dan QS. Al-Ankabut [29]: 45,
Artinya: “dan agar aku membacakan Al-Qur'an (kepada manusia). Maka barangsiapa mendapat petunjuk maka sesungguhnya dia mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya,” (QS. An-Naml, 27: 92)
Artinya: “Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat.” ( QS. Al-Ankabut, 29: 45 )
Allah Swt. menyebutkan pentingnya tilawah sebagai proses membaca yang melibatkan penyampaian pesan Al-Qur'an dengan makna yang mendalam kepada umat manusia.
Nabi Muhammad Saw diperintahkan supaya membacakan Al-Quran kepada manusia, untuk mengungkap makna dan rahasia yang terkandung di dalamnya, dan menyerap keindahan dalil-dalil kekuasaan Allah yang dapat dilihat pada alam semesta.
Dengan demikian, Rasulullah Saw. dapat menyelami hakikat hidup yang sebenarnya dan menerima limpahan karunia Allah kepadanya. Rasulullah mengulang bacaan ayat itu beberapa puluh kali sampai terbit fajar. Ketika membacanya tampaklah bagi beliau beberapa rahasia yang terkandung di dalamnya, sehingga beliau merasakan faedah membaca ayat Al-Qur'an serta memahami isinya.
BACA JUGA: Kejayaan Islam Tidak Terpisahkan dari Al-Qur’an sebagai Sumber Inspirasi dan Pedoman
Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas dalam tafsir Surah Al-Baqarah ayat 121 menjelaskan bahwa "membaca dengan bacaan yang sebenarnya" adalah mengikuti petunjuk Al-Qur'an, menghalalkan yang dihalalkan, dan mengharamkan yang diharamkan, tanpa mengubah-ubah atau menyimpangkan makna ayat tersebut. Ini yang disebut sebagai "Haqqo Tilawah," tilawah yang benar-benar membawa pengamalan dan pemahaman yang mendalam.
Itulah tilawah yang benar. Mencari petunjuk dan inspirasi untuk selalu hidup bersama Al-Quran, bahwa anda mengikuti petunjuk bacaannya dengan makna yang sesungguhnya. Kemudian Ibnu Abbas membaca firman-Nya (sebagai bukti bahwa makna yatlunahu “membaca” adalah mengikutinya.
Artinya: “demi bulan apabila mengiringinya” (QS. Asy-Syam, 91: 2)
Tilawah bukan hanya tentang mengejar target bacaan, seperti mengkhatamkan Al-Qur'an atau menyelesaikan satu juz setiap hari. Tilawah yang benar melibatkan pemahaman dan pengamalan ayat-ayat Allah dalam kehidupan sehari-hari. Hanya mereka yang memahami dan mengikuti petunjuk Al-Qur'an yang bisa meraih hakikat iman yang sebenarnya.
BACA JUGA: Cahaya Ilahi Adalah Hidup Bersama Al-Quran
Tilawah Al-Qur'an lebih dari sekadar aktivitas membaca. Ia menuntut pemahaman dan penghayatan yang mendalam terhadap makna ayat-ayat Allah. Berbeda dengan qiraah yang umum, tilawah adalah cara khusus berinteraksi dengan Al-Qur'an yang melibatkan kesungguhan dalam memahami dan mengamalkan ajarannya.
Walllahu’alam