Heri Mahbub
Apa perbedaan mushaf Madinah dengan mushaf standar Indonesia? Persamaannya tentu lebih banyak karena Al-Quran pasti membacanya sama, tidak ada perubahan isinya. Perbedaan ini hanya mencakup yang bukan prinsip. Pembelajar Quran harus memahami bagaimana sejarahnya, mengenal kaidahnya sampai ke ciri-cirinya? Baca Selengkapnya
Pernahkah Anda memahami perbedaan mushaf Madinah dengan mushaf standar Indonesia? Persamaannya tentu lebih banyak karena Al-Quran pasti membacanya sama, tidak ada perubahan isinya. Perbedaan ini hanya mencakup yang bukan prinsip. Bagaimana memahami sejarahnya, mengenal kaidahnya sampai ke ciri-cirinya?
Mengutip Majalah Madrasatul Quran Times Edisi 2 (2019: 33) Mushaf Madinah atau dikenal sebagai Mushaf al-Madiniah an-Nabawiyah merupakan Mushaf yang diterbitkan oleh Mujamaa’ al Malik Fahd di Saudi Arabia yang mentarjih dari Abu ‘Amr ad-Dani (444 Hijriah) dan Abu Daud Sulaiman bin Najah (496 Hijriah).
Disebut Madinah karena mengambil berkah, dengan tempat turunnya Al-Quran dan tempat hijrah Rasulullah Saw.
Penggunaan mushaf Madinah terbanyak di dunia, sebab standarnya internasional, dibagikan dan disebarkan kerajaan Saudi ke berbagai Negara, apalagi jika ada Umrah atau Haji. Ada juga banyak pendapat ini paling mendekati dengan rasm usmani. Benarkah seperti itu? Apa itu rasm usmani?
Rasm usmani adalah jenis tulisan Al-Quran yang disebut juga Mushaf Al-Imam, ketika pertama kali dikumpulkan, pembukuan semua ayat-ayat yang diatur kodifikasinya oleh Khalifah Usman bin Affan, juga mengacu pelafalan qira’at Al-Quran yang berbeda. Maka terbentuknya rasm usmani untuk disebarkan juga mewadahi perbedaan bacaan qiraat Al-Quran antara penduduk Syam, Irak, dan juga beberapa umat Islam di Madinah.
Perlu diingat, Islam telah menyebar ke kalangan non arab, sehingga banyak yang salah membaca, serampangan, mengubah-ubah lafaz dan susunannya, maka perlu standar penulisan yang mempersatukan semuanya. Metode penjagaan Mushaf yang utama melalui hafalan, ribuan sahabat banyak yang hafal Quran. Sedangkan, metode penulisan hanya sebagai bantuan saja, banyak model tulisan mushaf, namun jaminannya tetap di hafalan dalam hati. Maka perlu sumber utama yang sesuai panduan dari Rasulullah, yaitu kaidah rasm usmani.
Rasm mushaf Madinah dengan Mushaf Standar Indonesia/MSI sejatinya sama, yaitu rasm usmani. Hanya riwayat Quran Indonesia berdasar Imam Abu Amr Ad-Dani saja, untuk kemudahan pembacaan dan pemahaman umatnya.
Penulisannya rasm usmani rujukannya ada 5 yang disebarkan, semua sama berdasarkan periwayatan ulama yang bersumber Mushaf hasil distribusi Khalifah Usman ke Basrah, Kufah, Syam, Makkah, Madinah, dan Mushaf pribadi khalifah. Selain itu ada Mushaf yang tetap di rumah Hafsah, Istri Rasulullah.
Mushaf Standar Indonesia pertama kali diterbitkan pada sekitar tahun 1983 oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Kementerian Agama RI. Tujuannya adalah menyediakan mushaf resmi yang seragam untuk digunakan di Indonesia, dengan memperhatikan kaidah qira’ah (bacaan) yang sesuai dengan riwayat Hafs dari ‘Ashim, yang merupakan bacaan paling dominan di dunia Islam. Riwayat rasm tulisannya mengacu kepada satu Imam yaitu Abu Amr Ad-Dani.
Mengutip dari Ustaz Fakhrurrozi dari LPMQ. Al-Quran MSI telah dibakukan cara penulisan, harakat, tanda baca dan tanda waqaf-nya, sesuai dengan hasil yang dicapai dalam Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Ahli Al-Quran I s.d. IX, dari tahun 1974 s/d. 1983 dan menjadi pedoman bagi Al-Quran yang diterbitkan di Indonesia.
Dari penjelasan tersebut, kita bisa mengetahui bahwa terdapat 4 hal perbedaan dalam Mushaf Al-Quran.
Keempat hal tersebut ialah perbedaan yang melekat pada penulisan teks Al-Quran, bukan pada bacaannya, karena semuanya sama.
Kenapa ada perbedaan? Contohnya yang banyak di tanda waqaf. Ada dua faktor penyebab terjadinya perbedaan penempatan tanda waqaf antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah:
1. Perbedaan dalam memahami ilmu dan tafsir Al-Qur’an dari segi ilmu Balaghah dalam ketiga cabangnya yaitu Ilm al-Bayan, ‘Ilm al-Ma’ani, dan Ilm al-Badi’.
2. Tanda waqaf lebih banyak di Mushaf Indonesia karena menyesuaikan umat yang nafasnya lebih pendek dan menuntun yang kesehariannya bukan menggunakan bahasa Arab.
Banyak umat Muslim yang awam di Indonesia membaca Quran dengan Mushaf Madinah merasa kebingungan. Karena di dalamnya terdapat perbedaan dalam tanda baca dan penulisan. Padahal keduanya sama-sama menggunakan penulisan rasm usmani. Maka perlu contoh perbandingan dan yang membedakannya. Memang, jika mau memahami lebih mendalam, harus mengkaji kitab dua Ulama ahli rasm Al-Quran yaitu Imam Abu Amr Ad-Dani dan Imam Abu Dawud abad ke 5 H.
Mushaf yang beredar di Indonesia dari pihak lajnah pentashihan di Kemenag RI memang memiliki beberapa perbedaan penulisan dengan Madinah. Namun bukan di kerangkanya, semua di tanda baca, dhabt, waqaf, juga symbol seperti hamzah. Hal ini bukan tanpa alasan. Perbedaan ini berfungsi sebagai cara untuk memudahkan umat Muslim di Indonesia dalam membaca Al-Quran. Ini beberapa contoh yang kami cantumkan.
Mushaf Madinah dengan Mushaf Standar Indonesia yang dilansir dari laman resmi lajnah.kemenag.go.id.
1. Penulisan lafaz Allah memiliki perbedaan harakatnya. Mushaf Madinah tidak memiliki tanda panjang. Sedangkan pada Mushaf Standar Indonesia sudah diberi tanda panjang sebagai bentuk mad. Cara membacanya sama.
2. Mushaf Standar Indonesia menggunakan tanda tasydid untuk setiap bacaan idgham bi ghunnahada 4, yaitu ya, wawu, nun, dan mim. Sedangkan dalam Mushaf Madinah hanya terdiri dari huruf mim dan nun.
3. Tanda nun ikhfa dalam Mushaf standar Indonesia di beri tanda sukun, sedangkan dalam Mushaf Madinah tidak diberi tanda apapun.
4. Huruf mad tabi’i alif, wawu, dan ya dalam Mushaf standar Indonesia diberi tanda sukun. Sementara pada Mushaf Madinah tidak diberi tanda sama sekali.
5 dan 6 merupakan tanda untuk ha’ dhamir atau mad shilah. Pada Mushaf Standar Indonesia menggunakan dhammah terbalik atau alif kecil. Sementara di Mushaf Madinah menggunakan harakat dhammah dan kasrah dengan tambahan wawu kecil dan ya’ kecil.
7 dan 8 merupakan tanda baca iqlab. Pada Mushaf standar Indonesia memberikan mim berdiri ditambahi sukun. Sementara pada Mushaf Madinah akan memberikan mim berdiri dan tidak memberikan tanda bacaa nun.
9, 10, 11 merupakan tanda baca gharaib. Bacaan gharib yang dimaksud adalah imalah, isymam, dan tashil. Pada Mushaf standar Indonesia akan diberikan tanda berupa tulisan bahasa Arab di bawahnya. Di sisi lain, Mushaf Madinah akan memberikan tanda seperti wajik pada imamah (di bawah) dan isymam (di atas). Sedangkan untuk tashil diberi tanda dhommah.
Akhirnya, kita jangan lagi salah memahami perbedaan ini, jangan juga mengira bahwa rasm usmani sejak zaman sahabat Rasul meliputi tulisan ayat lengkap nomornya, ada harakatnya dan tanda baca, waqafnya, seperti yang tertulis dalam Mushaf Madinah atau MSI. Akibatnya, menilai bahwa selain mushaf Madinah, termasuk Mushaf Indonesia tidak menggunakan Rasm Usmani. Semua ada proses dan ilmunya, tergantung kebutuhan umat dalam menggunakan mushafnya.
Perbedaan Mushaf Standar Indonesia dan Madinah terletak pada penulisan tanda baca, namun keduanya tetap merujuk pada bacaan riwayat yang sama, yaitu Imam Hafs ‘an Ashim. Pemilihan mushaf bisa disesuaikan dengan kemudahan dan kenyamanan membacanya.
Wallahualam