Heri Mahbub
Dalam pidato-pidatonya, Ismail Haniyah kerap mengingatkan tentang pengorbanan dan ketabahan rakyat Palestina, serta menyerukan dukungan dari umat Muslim di seluruh dunia. Sampai kemenangan di bumi palestina tiba. Simak selengkapnya terkait profilnya.
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki,” (QS. Ali-Imran, 3: 169)
Ismail Haniyah membaca surat Ali-Imran ayat 169 saat jadi imam dalam potongan video dan viral di media sosial. Kata-kata dan pesannya kini terus digaungkan, menjadi inspirasi abadi untuk perjuangan dan kemerdekaan Palestina.
Siapakah Ismail haniyah? Sudahkah kita mengenalnya lebih dekat? Tulisan ringkas ini mudah-mudahan menjadi inspirasi untuk lebih mengenal dan cinta kepada kemerdekaan palestina dan tokohnya.
“Kami merasakan beratnya amanah dan tanggung jawab masalah Palestina. Ini adalah tanggung jawab yang memiliki harga, dan kami siap membayar harga tersebut; syahid di jalan Palestina, di jalan Allah, dan demi kehormatan umat ini.” (Ismail Haniyah)
Melansir dari berbagai sumber, itulah seruan pemimpin tertinggi perjuangan palestina, Ismail Haniyah beberapa tahun lalu. Konsisten, sampai beliau membuktikan janji dan cita-cita sampai akhir hayatnya. Syahid karena dibunuh dalam perjuangannya. Insyaallah.
Dunia Islam heboh bahkan seluruh jagat maya trending topik membicarakan kematiannya. Sang pejuang diroket dari jarak jauh di kota Teheran bersama pengawalnya. Saat Ismail haniya menemui presiden Iran yang baru. Rabu, 31 Juli 2024 menjadi akhir perjuangannya di dunia dan awal perjalanan baru yang abadi merdeka ke akhirat.
Ismail Haniyah mujahid palestina yang lembut, dengan tatapan matanya yang tajam. Sangat dicintai oleh warganya. Beliau juga Hafiz Quran, suaranya indah melantunkan ayat-ayat Al-Quran. Masyaallah lancar dan bergetar bacaannya. Pemimpin yang menjadi teladan dalam dakwah. Mempunyai bahan bakar yang kuat untuk berjuang dengan qiyamullail dan tilawahnya.
Ustaz Husein Gaza seorang jurnalis Indonesia yang tinggal di Palestina bercerita. Ketika taaruf mau nikah dengan akhwat gaza. Tapi sempat ditolak oleh calon mertuanya karena khawatir dibawa ke Indonesia. Namun setelah ada rekomendasi dari Ismail Haniya. Keluarga Akhwat menerimanya.
Itulah bukti betapa beliau dicintai dan dihormati oleh penduduk Gaza. Wajahnya tenang, kalau berpidato jelas kata-katanya dan menyentuh hati. Beliau senang berlari setiap pagi, sangat bersahabat, ramah, mudah ditemui, memikirkan hal yang detail, bahkan membantu rekomendasi pernikahan seperti Husen Gaza orang Indonesia.
Almarhum Ismail Haniyah seorang ‘Alim Ulama juga politikus. Pemimpin tertinggi perjuangan Palestina. Tahun 2006 terpilih sebagai perdana menteri. Berkali-kali selamat dari target roket dan peluru zionis penjajah. Setelah itu berpindah-pindah negara, sampai negara Qatar menerimanya dengan aman.
Sekarang semua mata menangisi kepergiannya wahai pejuang palestina. Engkau telah menempuh jalan panjang dengan keteguhan, untuk meraih kemerdekaan. Ridha dengan keputusan takdir-Mu, dan berharap lebih banyak lagi pejuang yang akan menggantikannya. Penjajahan diatas bumi ini khususnya Palestina benar-benar harus dihapuskan.
Pada April 2024, tepat lebaran Iedul Fitri tiga putranya syahid dalam serangan udara di Gaza. Hazem, Amir, dan Mohammed meninggal dunia dalam serangan ke mobil yang mereka kendarai. Media Palestina mengatakan dua cucu Ismail Haniya juga syahid dalam serangan tersebut. Bahkan cucunya masih kecil menjadi korban. Sebelumnya, penjajah membunuh puluhan anggota keluarganya.
Kamp Al-Shati adalah tempat kelahiran Ismail Haniyah, pada 29 Januari 1962 di jalur Gaza. Haniyah kecil tumbuh di bawah bayang-bayang kezaliman dan intimidasi yang melanda tanah Palestina. Ia tetap semangat belajar, menyelesaikan pendidikannya di Universitas Islam Gaza, memperoleh gelar sarjana dalam bidang sastra Arab.
Perjuangannya mulai menanjak pada tahun 1987 ketika Hamas berdiri. Haniyah menjadi salah satu anggota terkemuka dalam organisasi ini dan kemudian dipercaya sebagai kepala biro kantornya. Pada tahun 2006, setelah memenangkan pemilu legislatif Palestina, Haniyah diangkat menjadi Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina.
Ismail Haniyah dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik dan tegas dalam memperjuangkan hak-hak Palestina, khususnya dalam menghadapi penjajahan zionis Israel. Haniyah juga mendukung dialog politik sebagai bagian dari upaya mencapai kedamaian dan kedaulatan bagi rakyat Palestina. Sampai meninggal, ia tetap menjadi salah satu figur sentral dalam dinamika meraih kemerdekaan Palestina.
Ismail Haniyah memiliki keluarga yang cukup besar. Ia menikah dengan seorang wanita bernama Amal, dan mereka dikaruniai 13 anak. Anak-anaknya ikut dalam perjuangannya dan terlibat dalam aktivitas keagamaan sosial dan politik di Gaza.
Keluarga Haniyah dikenal sangat mendukung perjuangan Palestina.
Walaupun banyak yang gugur, keluarganya tetap teguh dalam keyakinan dan komitmen mereka terhadap kemerdekaan Palestina.
Ismail Haniyah memiliki latar belakang pendidikan Al-Qur'an yang kuat, seperti banyak pemimpin Palestina lainnya yang tumbuh di lingkungan Islam. Sejak kecil, ia dididik dalam Islam, termasuk dalam hal membaca dan menghafal Al-Qur'an.
Pembinaan Islam bagian penting dari pembentukan karakternya, keilmuannya mempengaruhi pandangan keagamaan dan perjuangannya.
Selama masa mudanya, Ismail Haniyah belajar di masjid-masjid di Jalur Gaza dan mengikuti tarbiyah kepada gurunya As-Syahid Sekh Ahmad Yassin. Fokus pada pengajaran ilmu Al-Qur'an dan syariat. Keterlibatan ini memperkuat keyakinannya dan menjadikannya seorang Muslim yang taat, yang terlihat dalam cara dia memimpin dan mengambil keputusan, baik dalam kehidupan pribadi maupun publik.
Pendidikan Al-Qur'an ini juga tercermin dalam perannya sebagai pemimpin pergerakan, di mana Ismail Haniya sering mengutip ayat-ayat Al-Qur'an dalam pidato-pidatonya dan menekankan pentingnya nilai-nilai Islam dalam perjuangan Palestina.
Ismail Haniyah sering menyampaikan pesan-pesan yang kuat terkait perjuangan kemerdekaan Palestina. Salah satu ungkapan yang sering ia sampaikan adalah:
"Kami tidak akan pernah mengakui entitas Zionis, dan kami akan terus berjuang sampai tanah Palestina merdeka, dari sungai hingga laut."
“Tanah Palestina ini adalah milik Umat Islam, Kita tidak akan meninggalkannya.”
Pesan ini mencerminkan komitmennya terhadap perjuangan Palestina. Tidak hanya menolak penjajahan tetapi menekankan pada tujuan jangka panjang untuk membebaskan seluruh wilayah Palestina.
Dalam pidato-pidatonya, Ismail Haniyah kerap mengingatkan tentang pengorbanan dan ketabahan rakyat Palestina, serta menyerukan dukungan dari umat Muslim di seluruh dunia. Sampai kemenangan di bumi palestina tiba.
Akhirnya, renungkan ayat lanjutan berikut ini. Allah SWT berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 170.
“Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Ali-Imran, 3: 170)
Wallohu’alam
Oleh Heri Mahbub (konten Writers qurancordoba.com)